Loving is a Bad Behavior

tumblr_n9c9inLhyS1spo2yzo1_500

Loving someone is a bad behavior that we have to avoid. It seems a crazy statement that I ever heard. Why? Why we have to avoid to loving someone whether love is a feeling given by god. My teacher said that loving someone is no problem, girls. But, if the person who you give the feeling to always be there in your mind and change school necessity place in your mind, that’s a dangerous love. Loving someone is a rights. But we have to put and consider it in the certain place.

When my friends and i were talking about love with our teacher, arguments came into my mind. Loving someone is allowed for all of people in this world, in this entire world. But it is bad when it has been surrounded our mind. So the conclusion is, just let your love flow or grow by itself, but have to be there a space of it, is it enough, or more of the limit. It will not disturb your time, it will not dirt your mind. Cause you can manage it. Just entrust that one to god, make god keep him away from you now cause will not be there a relationship between you and him before the time! There will be a beautiful time, a very very beautiful time when you and him are together. Go steady or date after doing qobiltu! Will be the best and the most beautiful time ever.

 

Sorry for those grammatical mistakes that i have made.

Selamat Ya, Santri!

Kata-Mutiara-Hari-Santri-NasionalDuapuluhduaOktober. Selamat hari santri nasional! Selamat hari jadi yang pertama, para penimba ilmu penuh berkah. Keberadaan kita setidaknya diakui sekarang. Meski belum tahu benar jadinya. Setelah jadi santri, aku jadi tahu banyak akan arti pengorbanan, persahabatan yang sesungguhnya. Tak ada rasa getir akan penyesalan menjadi seorang santri, i love my teacher, i love my ma’had, i love my mosque, i love my room.

Kegiatan hari ini, demi berpartisipasi menyambut hari santri. Upacara bendera dilanjut pawai keliling desa benda yang bikin pegal tidak karuan #yangpentingkitaseneng

Ta’ziran Perdana

tumblr_ly2w5lSf4A1qhtwlko1_r1_500

Bukan resiko, tapi konsekuensi jadi santri adalah mendapatkan ta’ziran atau hukuman. Harus terima kalau diberi, kalau tidak terima ya tetap saja harus jalani. Pilihan hukumannya, ada ciri khas tersendiri. Hafalan qur’an atau nadhom, ro’an WC atau asrama, pampangan putra putri, lebih -lebih pembacaan surat pernyataan, kalau pelanggaran dianggap sudah masuk tingkat berat. Bukan tingkat kesulitan yang lebih mendominasi seseorang untuk tidak melakukannya, tapi karena rasa malu. Dapat ta’ziran, image orang tersebut akan langsung buruk. Berasa, bandel banget.

 

Jika ditanya, ‘salah siapa?’ kalau memang karena dituduh, atau hanya perkara missunderstanding, bisa apa? Terkadang, hukuman dari pengurus itu tidak jatuh pada tempat yang benar. Hanya langsung beri, beri, beri. Alasan apapun yang diluapkan, memang mereka mau dengar? Kenapa jadi seperti diskriminasi bukan membangun? Apa bedanya antara orang yang salah dan hanya karena salah faham? Kita,santri, bisa apa?

 

Ini kisahnya. Pagi itu, saya mendapat jadwal jaga kamar sekalian merawat teman yang jatuh sakit. Keringanan tidak usah berangkat shalat berjamaah di masjid memang sudah biasa diterapkan, karena tugas kita, keeper hanya tinggal dan merawat teman dikamar. Sudah biasa begitu memang. Tapi pagi itu, setelah selesai membereskan kamar dengan teman yang kebagian jadi keeper juga, kita tertidur karena memang ngantuk. Tidak biasanya, pengurus keamanan mengontrol dan mengecek setiap kamar untuk pergi shalat berjamaah shubuh di masjid. Mungkin karena kesal, atau dongkol, melihat saya dan teman saya tidur, pengurus langsung membangunkan dan mengomeli kami. ‘kita lagi keeping kamar mba’, kata saya. ‘ga ada! ayo ke masjid, ikut sentral, kalian bakal saya pampang didepan masjid!’

Deg. Maksudnya apa? Tidak berani menjawab lagi, kami berdua langsung siap-siap menuju masjid, tak lupa kitab dan pulpen. Didepan masjid, sudah banyak anak ta’ziran lain yang berdiri untuk mengisi kitab. Sejam kurang kami berdiri, selesai mengisi kitab tidak boleh pulang dahulu. Pengurus mengintruksi untuk buat barisan dan kelilingi gor, tidak lupa bacaan istighfar. Nyeker, mengelilingi gor sambil baca ‘astaghfirullahalazim!’ Ditonton banyak putri dan putra. Tidak tahu berapa putaran sudah kami buat.

Kaki sakit semua, saya kapok, tapi tidak tahu karena apa. Jadi, itu adalah yang perdana dan terakhir. Semoga.

Masih bersyukur, karena katanya, pengurus putri itu lebih dermawan memberi keringanan daripada pengurus putra……..

 

Semangat Liput Haul Abah Pertama

12006999_1518733035083944_130861044_o

Setahun kurang jadi anggota M2Net, meskipun belum dilantik. Baru kali ini ikut meliput acara sebesar Haul Abah. Acara yang meliputi para alumni dan orang-orang terdekat Abah Masrur ini dimulai pada hari Rabu, 14 Oktober 2015. Tetapi, peliputan kami tetap dimulai pada hari sebelumnya, yaitu kemarin untuk berita pra-acaranya(13/10). Meluncurkan kurang lebih 23 wartawan, M2Net membuahkan kurang lebih 34 berita pada hari perdana peliputannya. Good job

 

Semangat yang diperlihatkan para wartawan selalu menjadi ciri khas tersendiri di waktu meliput kami. Meskipun banyak rintangan yang menghadang. Ada malu untuk mewawancarai, rebutan kamera (siapa cepat dia dapat), susah koneksi antara wartawan satu dan yang lain, baterai kamera yang lemah melulu, dikomentari beritanya. Bikin makin semangat tau.

 

Hari ini(14/10) adalah hari dimana acara inti akan berlangsung, kami selaku wartawan M2Net sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tersendiri yang akan diluapkan, rencana pewawancaraan, spot yang akan diliput juga tidak lupa diteliti dahulu.

 

Semoga peliputan haul abah 4 ini akan berjalan dengan baik dan lancar, semangat para wartawan dan juga tamu undangan diharapkan akan selalu terlihat dan menyemangati satu sama lain. Semangat, long live M2Net!

Team Malhikdua Network Kekurangan Kamera

City-No-Camera-icon

Lab Design Grafis, M2net- Kembali lagi ke Malhikdua Network (M2Net), pada hari ini (13/10) tim redaksi berita sudah bersiap meluncur ke tempat yang akan diberitakan masing-masing guna meliput acara Haul Abah 4, tetapi para tim kewalahan dalam hal media foto dan video karena minimnya jumlah kamera yang ada.

Sejauh ini,  pergantian kamera antara pemakai yang sudah selesai menggunakan adalah salah satu alternatif untuk menyikapi masalah kurangnya sarana ini.

Phobia Terasi

ABC-terasi-udang-500x500

Heboh! Hampir seluruh siswa siswi MIA (Matematika Ilmu Alam) reguler Malhikdua menghebohkan nilai UTS Matematika. Ya, gimana tidak heboh, nilai kkm-nya adalah 60, waktu mengerjakannya satu jam, soalnya essay 10 soal. Pengen teriak, mamaaaaah!

 

Punishment! Punishment, bahasa halusnya remedi-annya. Makan terasi, satu soal bernilai setengah terasi, kalau salah semua ya 3 terasi. Gimana ga keren?

 

Pak Amam sebagai guru matematika, pak pengennya sih bilang phobia terasi, tapi ya…..

 

Qurban Kedua

Selamat-Hari-Raya-Idul-Adha-2015

 

Qurban kali kedua di Al-Hikmah dua. Sudah lewat enam hari yang lalu memang. Tapi masih terasa. Coba kembali ke kenangan kemarin.

Malam hari, tanggal 23, pondok adakan acara takbiran di gedung serbaguna. Aacaranya rame sekali, penampilan takbir keliling antar komplek putri. Setiap komplek wajib menampilkan pertunjukkan takbir kelilingnya, ada yang menari, drama, dll.

Ditengah acara, sebenarnya belum dipertengahan, masih awalan acara, terserang keram perut yang bikin ga kuat banget. Kalau seperti ini ceritanya lebih baik pulang. Aku pulang bersama satu temanku, karena itu adalah acara wajib maka mau tidak mau harus melewati kumpulan pengurus dan menjawab beberapa pertanyaan.

Sampai dikamar sepi sekali, karena semua santri pergi ke acara tersebut. Suara takbir masih terdengar meskipun jarak antara asrama dan gedung serbaguna cukup jauh. Hari itu ku tutup dengan istirahat yang lebih cepat dari biasanya.

Idul Adha pun tiba, الله أَكْبَر الله أَكْبَر الله أَكْبَر…. Takbir berkumandang kesemua arah yang aku kunjungi. Sayangnya, pada hari itu tidak dapat shalat Ied bersama. Banyak yang bustelan hari itu, wali santri mengunjungi anak-anaknya di pondok. Kebersamaan Idul Adha makin terasa saja. Meskipun orang tua tidak ikut berkunjung kesini juga, melihat teman bersenda gurau dan melepas rindu dengan orang tuanya pun sudah cukup.

Hari berjalan sibuk dipondok. Yang enak ya itu, bebas dari pengurus, mereka sedang sibuk dengan acara yang ada. Tidak ada pengontrolan shalat di masjid, pengontrolan bangun pagi shubuh, pengontrolan kamar mandi. Hehehe

‘Mana dagingnyaaaaa?’ kata itu selalu berada disetiap tempat. Akhirnya sebagai makan malam, pondok membagikan rendang beserta ketupat. Semua teman-teman senang , termasuk aku. Makan malam bersama pun berlangsung hingga kekenyangan.

Esoknya, suasana Idul Adha masih terasa, makin banyak santri yang dikunjungi oleh orangtuanya. Lebih asiknya lagi, mereka membawakan daging qurban yang sudah dimasak menjadi sate, rendai, gulai, dll. Kami makan besar lagi. Lucunya, banyak dari teman-teman yang mendapat diare karena makan daging terlalu banyak, kenapa bisa begitu, aku tidak tahu, hahaha.

Malam harinya kami dapat rendang dan gulai lagi dari pondok, wuaah mau kenyang gaya apa lagi hari ini. Kekenyangan pun terjadi di hari berikutnya.

Tiap hari berturut-turut makan daging, sampai kekenyangan lagi. Terimakasih Ya Allah atas Idul Adha kali ini yang Insyaa Allah penuh dengan berkah.

Itu adalah cerita pendekku,mengulang kembali Idul Adha enam hari lalu.

Muqaddimah Selesai, Lanjut Baca Kitab

Mata pelajaran jam ke-3, aku dan teman-teman menuju kelas bawah untuk mengikuti kelas nahwu, yaitu pelajaran kitab Imrithy yang pengampunya adalah Abah Yasin. Sejauh ini, belum ada kesulitan tersendiri yang aku dan teman-teman dapatkan, paling-paling dikenai freshcare di area wajah karena ketahuan tidur.

Kali ini, baru lagi. Bab Muqaddimah sudah selesai dijelaskan, ada 15 bet disana. Lalu abah meminta kami untuk maju satu-persatu kedepan untuk membaca kitab dan absahannya masing-masing. Kami sangat kaget saat itu. Absen 1 dan 2 ternyata di’salahkan’ dan disuruh untuk berdiri didepan kelas. Akhirnya giliranku tiba, sampai dikata khoiru kholqihi; ing luwih baguse makhluke alladzi…. “salah, berdiri!” abah ternyata menyalahkanku juga. Sebenarnya bukan ternyata karena aku sudah yakin bahwa aku akan maju karena aku belum bisa membaca kitab dengan lancar. Di stop pada bet pertama kalimat kedua, sangat memalukan, hehehe.

 

Pelajaran selesai, kami menghempaskan nafas bersama.

Cintanya Udah Kelar, Pak?

“Pak matetumblr_inline_mq1oazErlD1qz4rgpri cintanya udah selesai?” itu kata anak-anak kelas setelah mendengar pak Sobri menyampaikan materi tentang ‘aliran yang menentang–bukan cinta.

“oh iya, sekarang kita kan sudah dapat buku paketnya, jadi ikuti materi yang dibuku saja.” kata pak guru, meladeni komentar kami. “yah, bapak. Gak asik lah kalo bukan tentang cinta lagi, ga semangat.” kata salah satu dari kami. Beliau nmenjawab dengan terkekeh “ya, tenang saja. Ini masih sama, berhubungan. Yang penting kan sama-sama tentang aqidahnya, kalian masih bisa konsultasi lagi kok nanti”.

 

Ya, guru mata pelajaran aqidah akhlaq kelas XI MAU, salah satu guru favorit. Gimana tidak, materi yang disampaikan sejak awal pertemuan dikelas itu adalah mengenai cinta.

Awalnya sih, cinta menurut bahasa, dilanjut tanda-tanda cinta, akhirnya cerita pengalaman beliau tentang cinta. Bener-bener bersih, memotivasi, bikin nagih, lucu, keren karena ga bandel, gentle, hebat. “Setiap hal didunia ini yang kalian tekuni dengan cinta, pasti akan beres” katanya.

 

Mulai dari cerita pengalaman beliau ketika pertama kali mondok yaitu pada waktu pertengahan MI, dilanjut dengan masuk ketingkat mualimin, dan rindu-kangen beliau pada ibu tercintanya, karena “tidak boleh pulang sebelum alim” itu katanya. “bapak pulang itu juga mohon-mohon ke kiai bapak, karena bapak mau ujian waktu itu. Bapak sudah pengen bangen ketemu ibu, karena sejak MI juga belum bertemu lagi. Kiai bapak juga berat ngelepas bapak karena sudah dapat amanat bahwa ‘anak saya jangan pulang kiai sebelum dia jadi alim’.” Hebat. Setelah dapat izin, beliau pulang dan bertemu dengan ibunya, saking lamanya waktu tlah berjalan, ibunya sampai tidak mengenali Pak Sobri. Pada saat itu, ibu beliau sedang menyapu di depan rumah dan malah menyuruh Pak Sobri masuk sebagai tamu, bukan anaknya. Sungguh ironi yang menyentuh.

Dilanjut lagi dengan cerita bertemunya beliau dengan cinta pertama dan terakhirnya, anak dari seorang kiai yang adalah gurunya. Khitbahnya pak Sobri itu tiga kali, awalnya gagal terus. Beliau beberapa kali datang kerumah kiainya tapi jarang dibukakan pintu. Sampai akhirnya “tok tok tok..” lalu, pintu dibukakan oleh seorang wanita cantik yang tidak ada duanya, kata Pak Sobri… Beliau masuk kerumah tersebut, lalu bertemu dengan kiainya. Pak Sobri menunggu-nunggu kedatangan wanita sholehah tersebut sampai pada akhirnya wanita itu keluar dengan anggunnya dan duduk berkumpul bersama, kata Pak Sobri…Mulai dari tatapan yang tidak sengaja bertemu satu sama lain, pertanyaan-pertanyaan kecil yang selalu dijawab ‘engga..’ sama perempuan tersebut. Membuat cinta Pak Sobri makin tumbuh merekah.

Lalu kisah pernikahan beliau dengan perempuan tersebut yang tanpa jenjang pacaran. Semua cerita Pak Guru ini sangat menarik disimak dan salah satu materi penting yang menurut saya harus disampaikan kepada remaja muslim kalangan ini.

 

Setiap materi sudah selesai disampaikan, beliau membuka sesi tanya-jawab tentang cinta. Teman-teman dikelas juga merespon dengan sangat semangat. Tanya ini-itulah, ceerita perasaan kami sekaranglah, apaaaja. Memang boleh kan? Memang kita sedang umurnya kan? Bohong kalau kelas 2 tingkat SLTA tapi belum pernah merasakan jatuh cinta. Remaja ya memang salah satu problematikanya itu.

Intinya  adalah pesan yang selalu beliau sampaikan, “jatuh cinta itu halal, tapi pacaran itu haram.karena cinta itu adalah anugerah dari Allah, pemberian.”

Pesan-pesan lain yang akan saya ingat adalah “Allah akan menjaga cintanya orang yang saling mencintai tanpa berpacaran’, ‘aqidah dan akhlak itu diatas segala bidang ilmu’, ‘adab siti Khodijah: jangan tidur sebelum suaminya tidur’,
dan ‘kunci cinta itu getaran. Pengakuan bisa diucapkan walaupun tidak cinta, perbuatan bisa dilakukan walaupun dengan terpaksa. Tapi getaran? hanya dalam hati seseorang, tidak ada yang tahu.’

 

Berterimakasih banyak pada Pak Sobri. Udah memberi pelajaran yang jarang didapatkan dimana-mana. Semoga manfaat ilmu bapak.

 

picture source

Teori Pohon

tree roots

Kata pak Agus, hidup ini seperti teori pohon.

Semakin tinggi pohon, maka semakin kencang angin yang menerpanya. Maka dari itu, bukan batang melainkan akarnya lah yang tumbuh memanjang kedalam untuk memperkokoh pohon tersebut.

Seperti kehidupan, ketika kita ditempatkan pada tempat yang tinggi, entah posisi atau apapun itu, jadi pusat terhatian, banyak tanggung jawab. Maka cobaan lah yang akan kita dapat lebih.

Maka dari itu, memperdalam aqidah yang telah dibangun sejak dulu, adalah salah satu cara memperkokoh posisi yang kita dapati.

 

pict source