Ta’ziran Perdana

tumblr_ly2w5lSf4A1qhtwlko1_r1_500

Bukan resiko, tapi konsekuensi jadi santri adalah mendapatkan ta’ziran atau hukuman. Harus terima kalau diberi, kalau tidak terima ya tetap saja harus jalani. Pilihan hukumannya, ada ciri khas tersendiri. Hafalan qur’an atau nadhom, ro’an WC atau asrama, pampangan putra putri, lebih -lebih pembacaan surat pernyataan, kalau pelanggaran dianggap sudah masuk tingkat berat. Bukan tingkat kesulitan yang lebih mendominasi seseorang untuk tidak melakukannya, tapi karena rasa malu. Dapat ta’ziran, image orang tersebut akan langsung buruk. Berasa, bandel banget.

 

Jika ditanya, ‘salah siapa?’ kalau memang karena dituduh, atau hanya perkara missunderstanding, bisa apa? Terkadang, hukuman dari pengurus itu tidak jatuh pada tempat yang benar. Hanya langsung beri, beri, beri. Alasan apapun yang diluapkan, memang mereka mau dengar? Kenapa jadi seperti diskriminasi bukan membangun? Apa bedanya antara orang yang salah dan hanya karena salah faham? Kita,santri, bisa apa?

 

Ini kisahnya. Pagi itu, saya mendapat jadwal jaga kamar sekalian merawat teman yang jatuh sakit. Keringanan tidak usah berangkat shalat berjamaah di masjid memang sudah biasa diterapkan, karena tugas kita, keeper hanya tinggal dan merawat teman dikamar. Sudah biasa begitu memang. Tapi pagi itu, setelah selesai membereskan kamar dengan teman yang kebagian jadi keeper juga, kita tertidur karena memang ngantuk. Tidak biasanya, pengurus keamanan mengontrol dan mengecek setiap kamar untuk pergi shalat berjamaah shubuh di masjid. Mungkin karena kesal, atau dongkol, melihat saya dan teman saya tidur, pengurus langsung membangunkan dan mengomeli kami. ‘kita lagi keeping kamar mba’, kata saya. ‘ga ada! ayo ke masjid, ikut sentral, kalian bakal saya pampang didepan masjid!’

Deg. Maksudnya apa? Tidak berani menjawab lagi, kami berdua langsung siap-siap menuju masjid, tak lupa kitab dan pulpen. Didepan masjid, sudah banyak anak ta’ziran lain yang berdiri untuk mengisi kitab. Sejam kurang kami berdiri, selesai mengisi kitab tidak boleh pulang dahulu. Pengurus mengintruksi untuk buat barisan dan kelilingi gor, tidak lupa bacaan istighfar. Nyeker, mengelilingi gor sambil baca ‘astaghfirullahalazim!’ Ditonton banyak putri dan putra. Tidak tahu berapa putaran sudah kami buat.

Kaki sakit semua, saya kapok, tapi tidak tahu karena apa. Jadi, itu adalah yang perdana dan terakhir. Semoga.

Masih bersyukur, karena katanya, pengurus putri itu lebih dermawan memberi keringanan daripada pengurus putra……..

 

Leave a Reply

7 komentar pada “Ta’ziran Perdana

  1. Haha… Kasian, jangan bilang “kami hanya santri, bisa apa kita ?” mau dibilang engga bisa apa-apa ?

    Kamu bisa nulis, kamu bisa cari berita. Lawan jika ada ke-tidakadilan melalui media, mereka punya wewenang, kamu juga punya wewenang untuk menuntutnya. So, berani lah beropini dan mengungkapkan persepsimu kepada mereka langsung.

  2. mereka gak nyunah. Dalam timbangan hukum Islam, lebih baik sepuluh orang lolos dari hukuman daripada satu orang yang tidak bersalah terhukum akibat kekeliruan hakim.

  3. saya juga pernah dapet ketidak adilan semacam ini rel.. malah pas baru barunya aku masuk di Alhikmah.. -_-
    untung aja aku strong, jadi masih bisa bertahan sampe sekarang ini. hehe.. 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *